PDM Kabupaten Cianjur - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Cianjur
.: Home > Artikel

Homepage

Pikirkan kemana kita akan pergi bukan dimana akan berdiam

.: Home > Artikel > PDM
24 Desember 2011 10:35 WIB
Dibaca: 2142
Penulis : Sofyan Tsauri

 

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak.(QS Albaqoroh 100)

 

 

Berpikir kemana kita akan pergi adalah berpikir tentang apa yang akan kita lakukan, apa saja yang harus dipersiapkan, bagaimanakah membangun etos kerja yang baik, dan bagaimanakah meraih apa yang dicita-citakan. 
Setiap orang ingin menjangkau kehidupan yang membahagiakan, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat.
Kita semua membaca do’a Robbanaa aatina fiddunya hasanah, wafil akhiroti hasanah waqinaa ‘adzaabannar 
Do’a tersebut bukti harapan bahwa kita menginginkan kesudahan yang baik dari seluruh rangkaian aktipitas. 
 
Do’a tersebut mengajarkan pula bahwa jika ingin mendapatkan segala sesuatu yang memuaskan haruslah memiliki persiapan.
Persiapan apa saja yang harus kita penuhi? Jawabannya mudah dan tidak sulit. Pertama, motifasi kita belajar tanpa dibatasi waktu adalah dalam rangka menemukan rumusan-rumusan amal yang dapat kita laksanakan. 
Oleh karena itu aneh bagi orang yang menginginkan kehidupan bahagia di dunia dan akhirat tetapi meninggalkan belajar dan merasa cukup dengan pengetahuan yang tidak seberapa, padahal al-Islam tidak akan pernah habis dikaji. 
Kedua, motifasi kita bergaul dan bermasyarakat adalah untuk mendapatkan stimulasi (dorongan) dalam meningkatkan amal/tarap kehidupan, serta menjadi lahan untuk mengaplikasikan seluruh rangkaian ajaran terkait dengan kewajiban sosial.  
Bagaimana mungkin seseorang yang menginginkan kehidupan bahagia dunia akhirat meninggalkan tugas sosial, padahal dengan ilmu dan tanggung jawabnya sebagai muslim dituntut berperan serta. 
Dengan membaurkan diri dalam kehidupan sosial dapat menimba ilmu dan pengalaman, dapat mewujudkan hidup gotong royong, saling menasihati, saling mengingatkan, saling menegur, saling tolong dan lain-lain. 
Jika seseorang memisahkan diri dari pergaulan sosial, dari siapakah nantinya ia akan mendapatkan nasihat? Dengan siapa akan tolong menolong, saling mencintai dan lain-lain?
Apa yang kita laksanakan selama ini adalah wujud keinginan mencapai cita-cita tertinggi hidup yakni bahagia dunia dan akhirat. 
 
Jika kita sudah mampu berpikir mengenai persiapan, artinya kita paham dengan medan. Jika paham dengan medan, kita akan tahu juga tantangannya. Jika tahu tantangannya maka kita akan mengukur kemampuan diri untuk melaksanakannya. 
Dengan pikiran ini tidak ada alasan untuk menyerah, karena kita telah tahu medan dan tantangannya. Dengan alasan ini pula kita tidak akan pernah bosan belajar, minta nasihat dan menimba pengalaman. Dan akhirnya Allah memerintahkan: Fattaqulloha mastatho’tum (QS. Atthaghobun) (bertaqwalah, berjuanglah sedapat yang kalian mampu). Maka kita akan mendapatkan bagian sesuai dengan jerih payah usaha kita, apakah di dunia maupun di akhirat. 
 

Tags: pp , muhammadiyah , pusat
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Renungan

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website