PDM Kabupaten Cianjur - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Cianjur
.: Home > Artikel

Homepage

Ahmaf Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas

.: Home > Artikel > PDM
18 Januari 2024 14:26 WIB
Dibaca: 98
Penulis : Chabib Chirzin


 

Senang menerima kiriman dari Maarif Institute, buku baru yang bertajuk "Ahmaf Syafii Maarif Guru Bangsa Penembus Batas". Buku yang berisi kumpulan tulisan para sahabat Buya Syafii ini diberi pengantar dengan apik oleh Prof. M. Amin Abdullah dan Ambassador Hajriyanto Y Thohari.

 

Pada bulan Mei 2023 yll saya dimintai.izin oleh Maarif Institute untuk memasukkan tulisan saya "Takziah Obituari atas Meninggalknya Buya Prof. Ahmad Syafii Maarif". Tulisan tersbut saya buat dalam bentuk cerita, yg saya post di FB saya. Jadi tulisan saya datar saja, sejak saya mengenal Pak Syafii sebagai mahasiswa IKIP Karangmalang, asal dari Padang yang kost/mondok di dalemnya Mbah Kiai Amir dan Mbah Kiai Ahmad, Selokraman, Kotagede, Yogya. Orangnya ramah dan rajin mengikuti.kegiatan kampung, yg menurut cerita Kang Jamhani Hamim , suka ikut impleng/ronda, setiap.malam Rabu.

 

Pada saat itu Bapak.saya.yang.menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Kotagede, sering minta tolong  kepada Pak Syafii untuk dibuatkan.pidato dalam bahasa Melayu (Bahasa Indonesia). Karena Pak Syafii sering menulis di koran Mercu Suar, yg kemudian menjadi Masa Kini.

 

Ada beberapa moment kebersamaan saya dengan Pak Syafii, yang saya ingat.

 

 Ketika Pak Syafii akan kembali ke Chicago setelah berlibur di Indonesia, pada akhir th 1970-an, saya menemani Pak Syafii berpamitan kepada Menko Kesra.

 

Ketika Prof. Fazlurrahman bersama isterinya datang ke Jakarta, menghadiri "International Conference on the New Approach to Islamic Research" di LIPI, Jakarta, pada th 1987, saya diajak oleh Pak Syafii untuk menemuinya. Saya masih menyimpan foto dokumentasi kami berempat. Hadir juga pada waktu itu Prof. Dr. Mahmoud Ayyoub dari Temple University, Philadelphia; Prof. Dale Eickelman, dari University of New York, Dr. Surin Pitsuwan yg waktu itu menjadi dosen di Thammasat University, Bangkok, sebelum menjadi Menlu Thailand dan Sek Jen ASEAN, dll.

 

Ketika saya mengemukakan bahwa tajdid Muhammadiyah saat itu dilakukan oleh masyarakat basis dalam kelompok Jamaah dan Dakwah Jamaah, dengan berbagai inisiatif gerakan sosial di tingkat basis dengan menerapkan teologi almaun; saya kemudian diwawancarai oleh Prof. Dale Eickelman, yang pakar anthropologi. Dia meminta tulisan-2 saya, yang akan diterjemahkan oleh mahasiswanya yang berasal dari Indonesia. Dia menyebut nama Yusron Asrofie, asal Kotagede, yg sedang mengambil program MA di NYU. Saya sendiri baru berkunjung ke NYU, di New York, pada musim panas 1990.

 

Ada peristiwa mengesankan, ketika selama tiga hari tiga malam saya bersama Buya Syafii tinggal sekamar di sebuah hotel di atas Kuala Lumpur, menghadiri World Dialog ttg Globalisasi, Agama-agama dan Perdamain, yang digelar oleh "Just " (International Movement for the Just World) yg dipimpin oleh sahabat lama Prof. Dr. Chandra Muzaffar, yg pernah berkunjung ke rumah kami di Jkt. Hadir para tokoh perdamaian dan agama-2 seperti Richard Falk dari Princeton; Paul F Knitter dari Xavier Univ, Cincinati; Mahmoud Ayyoub, dari Tempel U Philadelphia; Justice Baghwati, hakim agung dari India; Swami Agnivesh, mantan Menteri Pendidikan India, yg pernah menginap di rumah kami di Jkt; Ajarn Sulak Sivaraksa, pendiri INEB, tokoh Gerakan Indeks Kebahagiaan Nasional  Bangkok, yg pernah berkunjung ke rumah kami dua kali; Chawiwat Sattha Anand, tokoh stud perdamaian dari Thammasat U, Bangkok; Tansri Razali, perwakilan Malaysia di PBB; Ghazali Basri, Rektor Darul Hikmah, Kajang, Malaysia; dll.

 

 Dari Indonesia hadir kami bertiga; Buya Syafi'ie Maarif, Kang Prof.  Dr. Cecep Syarifuddin, putra Abah Falak Pagentongan Bogor, menantu KH Anwar Musaddad, Garut dari PB NU. Richard Falk, Mahmoud Ayyoub dan saya adalah anggota International Advisory Panel dari "Just", International Movement for the Just World, seumur hidup (for life).

 

Buya Syafii bersama saya juga diundang Round Table bersama Prof. Dr. Syed Hossein Al Attas, tokoh ilmuwan Malaysia, penulis buku "The Sociology of Corruption", "the Mith  of the Lazy Native" pada th 1970-an, mantan Vice Chancellor (Rektor), Universiti Malaya, bersama Paul Knitter di lembaga pendidikan dinas luar negeri Malaysia.

 

Pada Milad 100 th Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta, 18 Desember 2018, saya sempat mendampingi Buya Syafii bersama Mbak Dr. Noordjannah Djohantini, Ketua PP 'Aisyiyah.

 

Buya Syafii di pergaulan antar bangsa dan kalangan diplomat.

 

Buya Syafii Maarif juga dihormati di pergaulan antar bangsa dan di kalangan diplomat. Ada kenangan  bersama Buya Syafii, diundang oleh Duta Besar Australia, Richard Campbell Smith, untuk pertemuan dengan Perdana Menteri Australia John W. Howard, sambil makan siang di sebuah hotel di Jkt, bersama mantan Menteri Luar Negeri RI, Ali Alattas, mantas Dubes RI untuk Amerika, Amb Dr. Arifin Siregar dll, pada th 2002.

 

 Pada th 2003 atau 2004, Buya Syafii bersama saya juga diundang pertemuan dan makan siang bersama Jaksa Agung Australia Daryl Robert William, di sebuah hotel di Jkt. Pada th 2005 saya bersama Mas Rozie Munir, mantan menteri BUMN, pertemuan dg Jaksa Agung Australia, Phillip Maxwell Ruddock di konperensi MRA (Moral Rearmament) di Queensland University, Brisbane , karena di masa mudanya, Pak Phillip.Ruddock, pernah aktif di MRA. Saya sendiri bersama Mas Rozie Munir, sebagai penasehat MRA, Indonesia, yg kemudian menjadi IofC (Initiative of Change).

 

Di akhir hayat Buya Syafii, saya bbrp kali bersama dalam pertemuan Panitia Pembangunan Kampus Terpadu Muallimin Muhammadiyah dengan BPH Muallimin dan Muallimat. Buya Syafii sangat besar jasanya dalam merenovasi gedung Muallimin di Jalan S Parman dan dalam pembangunan Kampus Terpadu Muallimin di Sedayu, Yogya barat, dengan masjidnya yang indah dan megah. Sebagai alumni Muallimin, Buya Syafii telah memberikan keteladanan sebagai kader persyarikatan, kader ummat, kader bangsa dan kade kemanusiaan.

 

Buya telah kembali ke haribaanNya Yang Maha Pengasih, tetapi jasa-jasa dan keteladanannya akan tetap kita kenang. Dan akan menjadi warisan bagi ummat, bangsa dan kemanusiaan yang abadi.


6 Nov 2023

Habib Chirzin


Tags: BuyaSyafii , AhmafSyafiiMaarif , GuruBangsa
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Memorabilia

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website